Sabtu, 22 Oktober 2011

- Tuhan, aku tidak ingin jatuh cinta untuk sekarang ini (lagi) : chapter 2 -



Siang itu Yan membawa sebuah bungkusan besar. Terbungkus kertas semen, rapi, kekar, namun ia sangat hati-hati membawanya. Perlahan ia menurunkan bungkusan itu dari motornya, dibonceng dengan beberapa lilitan tali rafia hitam, menggelut. "Assalamu'alaikommmm" suaranya yang lantang, sudah menjadi kebiasaanya saat pulang ke kontrakan kami ini ia mengucap salam jauh dari daun pintu, di luar gerbang, masih nangkring di atas motor seraya membuka gerbang. Suara itu membangunkan tidur siangku, membukakan pintu rumah untuknya, otomatis, seperti seorang istri yang menyambut kedatanagn suaminya *hek.


….

Sudah hampir seminggu, setiap habis sholat dzuhur kita berdua mempunyai ritual baru. Memberi makan para Pandhawa yang sedang asyik menyelam di masing-masing akuariumnya. Cupang yang Yan beli tiga hari silam kepalanya menghitam. Kelima-limanya menghitam. Sambil mengamati satu demi satu cupangnya, Yan menyiapkan cacing beku, makanan favorit Pandhawa -untuk waktu ini. Aku hanya mengamati saja, toh bukan punyaku. Tapi aku sangat suka. Terlebih jika Puntadewa dan Werkudara diadu, siripnya mekar seperti Reog Ponorogo, mengembang, besar, anggun.

Sambil memberi makan kita saling bercakap, aku bercakap dengan Yan, Yang bercakap dengan ku dan kadang dengan ikan cupangnya. "Ayo nak… makan.. Biar cepet gedhe ya… Cepet sembuh ya.." Percayalah, Yan dan aku mahasiswa tingkat tiga. 
Tiba-tiba Yan berbicara :

"Eh, aku saat ini belum mau pacaran dulu. Aku mau pelihara ikan dulu. Kalau kelima ikan ku ini tumbuh dengan baik, sehat badannya, pokoke jadi ikan yang keren dan jempolan, baru aku siap pacaran. Kalau gagal, berarti aku harus melihara ikan lagi sampai berhasil. Kalau melihara ikan aja gagal, apa jadinya nanti kalau punya pacar?

Mungkin ada benarnya juga, tapi… Analoginya sangat tidak masuk akal menurutku, ikan dan wanita. Tapi, cukup "mengganggu juga perkataan Yan barusan… Terus terngiang di telinga. Besoknya, saat senja, aku duduk di depan kelima akuarium tadi, tiba-tiba perkataan itu terdengar lagi "Kalau melihara ikan aja gagal, apa jadinya nanti kalau punya pacar?" kali ini kelima Pandhawa itu yang menagatakannya padaku. Serempak.



0 comments:

Posting Komentar